Suatu hari nenek
poni menanam biji labu yang di beri peri almi sebagai imbalan kepada nenek poni
yang dapat menjaga alam sekitarnya, “di mana cangkul ku yaaa” nenek poni
mencari cangkulnya “nahhh ini dia cangkulku” cuaca yang begitu damai memberi
waktu singkat bagi nenek poni menanam labu “tumbuhlah dengan baik ya labu agar
kau mendapat teman yang banyak di kebunku” nenek poni menanam labu di samping
tanaman pare, ketika malam tiba biji labu yang di tanam nenek poni tumbuh
dengan cepat, karena labu tumbuh dengan cepat kebun pun menjadi ramai “tongmat
lihat si labu telah tumbuh” bisik pere kepada tongmat, begitupun yang lainnya,
semua sayuran menjadi gempar Karena pertumbuhan si labu yang begitu cepat,
keesokan harinya “ini lahh q si lobu gemuk dari perkebunan nenek poni” labu
menyapa semua sayuran yang lainnya ketika matahari terbit “wahhh lobu mengapa
kau begitu gemuk” tanya pere pada lobu “iyaa lobu badanmu pun tumbuh dengan
sangat hijau” tanya tongmat yang heran, belum sempat lobu menjawab terlihat
nenek poni yang berjalan menemui labu “wahhh cepat sekali kamu membesar, nenek
harap kamu dapat menjadi labu untuk santapan para anak-anak dipanti esok hari”
nenek poni menyiram tanaman lobu dengan gembira, nenek poni pun kembali masuk
ke dalam rumah “apa lobu kamu esok hari tidak akan dapat menikmati hidup lagi,
kamu akan di jadikan makanan bagi anak-anak panti asuhan” tanya pere yang
terkejut “yaaa begitulah tapi aku sangat gembira” dengan senyum lobu yang lebar
“apa kamu gembira, lihat kami tak pernah menyuburkan diri kami agar kami tidak
petik ” tegas tongmat tertawa kecil “teman-teman aku bahkan akan menggemukan
diriku 2 kali lebih besar, agar aku dapat berguna bagi yang membutuhkan, aku
tak ingin hidup berlama-lama jika tidak berguna, dan menyusahkan, aku bahagia
sudah dapat menghirup udara walaupun hanya sebentar” ucap lobu dengan wajah
gembira.
RUMAH BACA
yuk berkontribusi dengan mengirimkan naskah ke cinta.sastra@yahoo.com
Senin, 22 September 2014
Minggu, 21 September 2014
Meniti cinta di kota gondola
Macau kota yang di
sebut-sebut sebagi las vegasnya asia kota yang indah untuk di
jadikan tempat liburan, berbagai hal dapat di lakukan di kota ini. Terlihat seorang
wanita dengan langkah yang cepat dan tergesa, memiliki pesona asia yang sangat khas,
hidung yang senada dengan bentuk wajahnya, bibir yang tidak terlalu tebal dan
tidak terlalu tipis, matanya yang sedikit sipit namun tajam dengan kulit
berwarna sawo matang, dengan gaya yang cool
menggunakan kerudung ala orang cordoba
dan syal merah yang melilit di lehernya, arranda berjalan menyusuri jalan yang menanjak menuju
foodcourt dengan tergesa-gesa
mengejar sang waktu yang tak hentinya berjalan, kunci yang berwarna emas
membuka foodcourt yang telah lama
menunggu.
“haiiii arranda are you okey today?” tanya Paulo yang membuka toko souvenirnya
“hello
Paulo, I’am okey, how about you?”
“tentu baik”
Dengan nada portugis yang kental dari
lidahnya Paulo terbatah-batah berbahasa inggris dan indonesia, ruins
of the st paul
merupakan salah satu tempat yang harus di temui ketika berkunjung ke macau
sebuah bangunan yang lebih tepatnya disebut sebuah dinding dulunya adalah
bangunan Gereja St Paul, menjadi tempat yang strategis bagi arranda untuk
membuka foodcourt di sepanjang jalan
menuju ruins of the st paul, dengan
umurnya yang genap berusia 24 tahun ia menjadi seorang wanita yang sangat kuat.
Berbagai cobaan telah ia hadapi ketika
berada di indonesia , yang pada akhirnya membuat ia memutuskan untuk menjadi seorang warga
negara di kota macau.
Kringggg…... kringggg……
kringgg
“Assalamu’alaikum
hallo honey”
“waallaikum
sallam bunda, bunda nanti pulangnya lebih cepat yaaa” suara kecil yang menjadi
penyemangat hidup arranda setiap ia melangkahkan kakinya untuk menjalani hidup
yang fana
“oke
honey”
Cup coffe yang telah tersusun rapi bak menara
eifel dari italia, meja-meja yang terlihat elegan dengan warna coklat kayunya, eggtart yang nampak lezat di pandang
mata telah tersedia di foodcourt
milik arranda, matahari yang mulai menyombongkan diri naik satu hasta lebih
tinggi ke angkasa menandakan kesibukan dunia mencapai puncaknya, keramaian dan
lalu lalang merupakan hal yang sangat biasa di temukan di sepanjang senado square untuk menuju ruins of the st paul yang merupakan obyek wisata utama Macau.
“lady,,,,, 2 cofee dan 3 eggtart oke”
“baik
meja no 3 siap antar” ujar arranda
“haiiii
arranda good morning, how are you?”
“morning tentu baik seneido, how about you?”
“im fine, thanks arranda”
Seorang
pria yang menjadi langganan di foodcourt
arranda berhidung mancung dan sedikit berewokan, seorang pria yang nampaknya
menjadi idaman bagi setiap wanita, arranda pun pernah menyukainya tapi karena
ia telah berjanji tak akan menikah dengan pria di macau ia buang jauh-jauh
keinginan itu. sang waktu mulai menggetarkan jiwa keindahan kota macau di
sepanjang senado square di tambah
dengan pertunjukan-pertunjukan yang memukau bagi siapa saja yang menyaksikan,
semakin mendekati waktu petang semakin ramai manusia yang berdatangan, berbagai
lampu pun menghiasi di tambah dengan pesona indahnya casino-casino yang berdiri, 4 orang laki-laki nampak terlihat dari
kejauhan yang pastinya akan menuju ruins of the st paul, wajah-wajah asia
sangat jelas di wajah itu dan terutama yang mengenakan t-shirt coklat. ohhh ya betul, arranda memperhatikan dengan
seksama dari balik kaca foodcourtnya
“ehhh
kita mampir aja dulu dehh, udah gak kuat nih”
“
lu ni ya, baru juga beberapa jam jalan”
“payah”
Meja
dengan 4 kursi tepat berada di pojokan
mendekati pohon yang berhiaskan lampu tapi bukan lampu natal ya, menjadi
persinggahan bagi 4 laki-laki yang di perhatikan arranda
“ehhh
tu cewek pake kudung, mukanya juga indonesia banget”
“yang
mana”
Alan
menunjuk arranda yang tengah menuang coffee
dalam cup, fahri yang sontak melihat
dari tempat duduknya sedikit terpesona dengan wajah arranda yang lembut namun
tegas
“silahkan
di nikmati”
“orang
indonesia kahh?”
Tanya arranda pada 4 laki-laki yang dengan
seksama memandang arranda
“ohhh
iya tentu”
“salam
dari saya untuk kalian dan keluarga di indonesia”
Ucap arranda yang manis kepada 4 laki-laki
dari indonesia, fahri yang masih penasaran dengan arranda terus memandangnya
yang terkadang sekali-sekali arranda pun menyadari hal tersebut.
Dari balik jendela apartemenya fahri memandang jauh kasino-kasino
yang berdiri kokoh di luar jendela, dengan secangkir mocha late di tanganya ia tersenyum sendiri ketika membayangkan
arranda seorang wanita indonesia yang berwajah eksotis dengan kerudung ala
orang cordoba, di hirupnya mocha late
dengan mata yang memandang ke luar jendela yang berhiaskan lampu-lampu ala surga
dunia, aji memegang bukunya a wonderfull about love membuyarkan
lamunan fahri yang telah melanglang buana entah kemana
“haiiii
sob lu kenapa, kayak orang goblok gitu”
“apa
sihhh , ehhh kamu masih ingat gak dengan cewe di foodcourt senade squere tadi”
“ehhh
guys, ni sohib kita kayaknya jatuh cinta sama lady tadi dehhh” aji memanggil
ke2 temanya, Semua berhambur menepuk pundak fahri yang hampir saja mocha latenya tertumpah di lantai, fahri
hanya tersenyum dengan perbuatan yang di lakukan teman-temannya.
“bunda
besok kan free kita ke venetian hotel yaaa”
“tapi
kan bunda harus tetap buka foodcourt”
“tapi
kan ada bibi grace yang juga bisa menunggu, please bunda”
Seira
memegang tangan arranda erat memandang sendu dengan matanya yang bulat, arranda
hanya tersenyum dan memeluk seira.
Arranda berdiri
menuju sofa, di pegangnya remote control
sebuah chanel dengan siaran khusus yang menayangkan indahnya indonesia
dengan pemandangan pulau sumatera yang menjajakan amperanya, istana maemun dan
sebagainya, terjatuh air mata arranda ketika ia mengingat kejadian 7 tahun
silam kejadian kelam yang sangat tidak mungkin untuk di laluinya “tomi andaikan
engkau tak meninggalkanku, tapi sudahlah” arrandapun tertidur di sofa dengan di
temani televise yang terus menyala
sampai suara adzan dari handphonenya
berbunyi.
Suasana pagi mulai menguak, desir angin pajar yang menelisik
di tubuh menerobos melalui jendela yang lupa di tutup arranda pada malam
sebelumnnya, suara-suara hentakan sepatu mulai terdengar lalu lalang di
apartemen, di lihatnya seira yang masih sangat lelap menikmati tidurnya,
arranda berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya dan segera mengambil
wudhu. matahari mulai malu-malu menampakan diri, seira yang terbangun
menghampiri arranda yang tengah menggoreng telur mata sapi, sembari memegang
tangan arranda, seira meminta kembali untuk mengajak ibunya ke venetian hotel
“okeeee bunda”
“iyaaa udah dehhh, kalau maksa, mandi dulu yaa, bunda mau
siap-siap”
Akhirnya arranda tak tahan dengan bujuk rayu seira yang
meleburkan hatinya.
shuttle busying tepat berhenti menghantar arranda
dan seria menuju venetian hotel pada
pukul 11 siang, menyusuri komplek terbesar di dunia, seira nampak senang dan
gembira di tambah dengan langit-langit hotel dan ornament yang luar biasa dengan
sorotan lampu-lampu kuning menyala, arranda hanya tersenyum padahal seira sudah
sering menuju venetian hotel namun
entah mengapa hari itu seira sangat bersemangat. Venetian hotel nampak ramai
sekali dengan wisatawan yang berasal dari segala arah depan, belakang, kiri dan
kanan. Berjalan menyusuri koridor Grand
Canal District nampak terlihat. Seira berlari menuju jembatan yang Nampak indah,
arranda mengikuti kamapun seira pergi.
“sob
yuk naik gondola”
“eiiii
tapi gak lama naek gondola cuman 20 menit, abis aja ntar duit kita” ucap fahri
yang juga asyik mengabadikan moment di venetian hotel dengan kamera di
tangannya
“ehhh
lu mahhh udah yok kita naik” alan menarik lengan fahri
Fahri, alan, bram, dan aji sangat menikmati perjalanan
mengitari canal di atas gondola dengan di temani suara gondoler asli dari
venesia itali dengan suara emas bak seorang seriosa profesional mengenakan busana
yang unik, fahri terus saja asyik mengabadikian arsitektur-arsitektur bangunan
di venetian hotel sementara ke3 temennya asyik berpoto selfi menggunakan
tongsis, di dekat jembatan mendekati tempat turun, kamera fahri menangkap
gambar yang sangat mengejutkan, di lihatnya seorang arranda memegang tangan
seorang anak kecil di atas jembatan, yang sontak membuat fahri terkejut dan
segera menyuruh gondoiler untuk mempercepat ayunan dayungnya. Sontak ke3
temannya kesal terhadap fahri yang langsung pergi menghampiri arranda,
sementara ke3 temannya belum puas dan melanjutkan kembali perjalanan menaiki
gondola.
Dengan hati-hati fahri mendekati arranda yang memberikan ice
krim kepada seorang anak kecil di sampingnya.
“haiiiii” arranda menoleh ke arah suara yang menyapanya
“haiiiii siapa yaaa” tanya arranda, ohhh my good baru kemaren berjumpa sudah lupa
pikir hati fahri “uhmmmzz saya orang indonesia yang ke foodcourt mu bersama ke3
laki-laki lainnya”
“ohhhh ya yaa aku ingat, teman-temanmu mana”
“who is he bunda”
what fahri terkejut mendengar anak kecil tersebut memanggil arranda dengan
panggilan bunda
“ini orang yang mampir di foodcourt kita honey” jawab
arranda
“hello om, senang berjumpa dengan om, nama saya seira”
“ohhh yaaa senang berjumpa dengan kamu sayang, nama om fahri”
“nama yang bagus” jawab seira, fahri hanya bisa tersenyum
“ohhh ya kalau boleh saya tau, nama mbak siapa yaaa”
“saya arranda, sepertinya umur kita sama fahri”
“ohhh ya, umur saya 25”
“umur saya 24 tahun”
hahhh tambah terkejut hati fahri, umur berapa arranda menikah, seabrek
pertanyaaan ingin di sampaikannya namun hanya satu pertanyaan yang sempat di
tanya sebelum para 3 mas ketir datang, dan jawaban yang di dapatnya ialah,
arranda seorang single parents dengan
putrinya berumur 7 tahun bernama seira.
Fahri terduduk lesu di atas sofa dengan tanganya yang
memutar-mutar knop radio yang di sediakan di hotel tempatnya menginap,
terdengar suara nyanyian orang tercekik di kerongkongan yang sangat asing di
dengar telinga, pikiran fahri mulai mengandai-ngandai apakah ia seorang wanita
nakal, apakah ia kabur dari desanya, apakah apakahhhh
“aaaaaaaaa” fahri menjerit dengan keras, sontak saja 3 mas
ketir terkejut dan menghentikan game yang mereka mainkan
“woiiiii apa sihh lu, ngagetin aja tau gak” ujar bram geram
terhadap fahri
“ntah ni kayak kesambet setan dari insidious aja luuu”
“ihhh serem dong”
Suasana
menjadi sedikit aneh dan kacau, fahri terlihat sangat kusam, dengan lesu fahri berdiri
dan menghampiri 3 mas ketir yang masih asyik melanjutkan permainan
“heiii
guys aku mau curhat ni”
“Curhat
ajee, lu gimana sihh baru aja ketemu pujaan hati”
“MASALAHNYA
ARRANDA SINGLE PARENT”
“whattttttttttttttt”
3 mas ketir terkejut bukan main
“ahhh
lu gile, udah buang jauh angan-angan lu dekatin dia, jauh-jauh ke macau dapet
single parent, yaa gak guys” ujar alan pada bram dan aji
“enggak
banget dehhh” aji dan bram serentak dan kompak juga menjawab
“ahhh
ya udahlahh, males gua, mau tidur”
Enggak mungkin kan ini kayak film india mohabatain karan
yang suka ama kiran yang akhirnya mereka jadian, tapi ini beda arranda udah
punya anak, huh dunia ini begitu banyak menyimpan mistery aku cuman bisa jalani, semuanya akan terjadi
atas kehendak tuhan.
“woiiiii
bangun” alan melemparkan bantalnya ke badan fahri yang masih asyik tertidur,
“lu
mau pegi gak sihhh kita mau jalan lagi”
“udah
kalian pergi aja, aku tunggu di kamar ajalah”
Fahri
menolak ajakan ke3 mas ketir yang akhirnya memutuskan untuk meninggalkan fahri
yang masih asyik dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Blazer coklat dengan topi gaya maher zain, dan juga sepatu
bot yang menampilkan fashion yang di dambakan di daerah yang beriklim tropis
seperti indonesia, fahri berjalan menyusuri pertokoan di senido square, tangannya yang di letakan di saku karena musim
dingin sedang melanda. Membawa camera yang selalu tergantung di lehernya bak
seorang photografer profesional ia menuju foodcourt arranda, fahri berdiri dari
balik jendela luar, terlihat arranda yang begitu rapi, kerjanya yang begitu
focus melayani beberapa pelanggan yang mampir di foodcourtnya, tiba-tiba mata
arranda melihat keluar seolah ia tahu bahwa seseorang mengamatinya, fahri
langsung bergegas menyembunyikan dirinya. fahri dengan memberanikan diri
berjalan memasuki foodcourt dengan langkah pasti ia memanggil arranda dan
meminta untuk membawakanya coffe dan
2 porsi eggtart,
“sendirian
aja fahri”
“iaa
kebetulan yang lainnya masih pada tidur” fahri tersenyum lebar
“ohhh
jadi mau ke mana hari ini”
“maunya
keliling menuju Macau , gedung judi paling terkenal di dunia casino lisboa dan Lotus Square, Galaxy Macau, pokoknya semuanya” ujar
fahri yang seolah mengharapka arranda dapat menawarkan diri menjadi tour guidenya
“jadi
banyak yang belum di hampiri yaaa”
“iyaa
lagian gak ada yang kenal di sini, coba aja ada yang mau jadi tour guide sehari aja”
“yaa
udah kalau gitu aku mau temenin tapi sehari aja kan”
“kamu
serius, iyaaa deh iya”
“tapi
besok yaaaa”
“Iyaaa
okeee-okeee”
Suara riuh di sepanjang pinggiran-pinggiran casino yang
berhamburan dengan lampu-lampu hias yang menari riang di temani musik-musik
yang menggetarkan, arranda rasanya ingin cepat sampai apartemennya, namun bus
baru akan datang 5 menit kemudian, di seberang jalan di lihatnya laki-laki
dengan mengenakan pakaian yang sangat rapi tak lupa pula rabut kelimis seperti
perosotan ketika ia TK dahulu, arranda melamun dan tersenyum untuk apa
rapi-rapi gitu entar juga kalah berjudi
aku yakin keluar bajunya udah hancur lebur, arranda tersenyum sembari melirik kanan dan kiri takut ada yang
melihat ia tersenyum sendiri.
“bunda
kenapa malam sekali, pulang hari ini”
“maaf
sayang kan baru selesai semuanya”
“lain
kali jangan lakukan lagi yaaa”
“iyaaa
bunda janji gak bakal lakuin lagi”
Malam di langit yang bersih dengan sedikit awan yang
menggumpal di dekat sang rembulan memberikan suasana damai tersendiri bagi
fahri yang sejak tadi memandang dan berdiri di dekat jendala, tak dapat ia
bayangkan apa yang akan terjadi esok hari, hatinya semakin mereka bahkan
ocehan-ocehan 3 mas ketir yang selalui melarangnya untuk mendekati arranda tak
di hiraukannya, ia tak lagi memikirkan apa yang akan terjadi ke depan ia hanya
yakin bahwa cinta sejati adalah cinta yang tumbuh dengan sendiri tanpa sebuah
alas an yang berarti.
Di depan venetian hotel fahri telah berdiri tegap menunggu
arranda yang sudah datang berjalan menghampirinya, arranda menyapa fahri yang
tersenyum merekah kepadanya, di dalam buss
banyak hal yang di bicarakan fahri dan arranda, fahri dengan gayanya yang
menawan memperhatikan arranda menjelaskan kota macau yang indah dan mengapa
menjadi las vegasnya asia, tak terasa fahri dan arranda telah sampai di A-Ma
temple kuil tertua yang ada di Macau, banyak sejarah yang hadir dari
tempat ini banyak juga momen berphoto yang di habiskan di tempat ini, setelah 1
jam mengitari A-ma temple, arranda melanjutkan
tournya membawa fahri menuju Guan Yin
Statue ditengah laut, Guan Yin
statue tersebut di desain oleh orang Portugis Dari New Port area, arranda menyuruh fahri untuk menengok ke sebelah
kiri, terlihat tidak jauh dari area tersebut fahri terkagum melihat gedung
berbentuk kerucut yaitu Macao Science Center. Tepat pukul 1 siang fahri dan arranda mulai
merasa cacing di perut mereka mulai menjerit-jerit akhirnya mereka memutuskan
untuk singgah ke restoran cina di dekat Wynn
Casino di mana di tempat ini akan menampilkan pertunjukan Tree of Prosperities sebuah pohon yang
keluar dari lantai yang membuka pohon tersebut berputar-putar menampilkan warna
4 musim, mulai dari warna emas, warna hijau (musim semi), warna coklat (musim
panas), warna merah (musim gugur) dan warna putih (musim dingin) dan kembali ke
warna emas lalu kembali masuk ke lantai yang perlahan-lahan menutup. Setelah kenyang dan memenuhi hasrat untuk
makan siang fahri dan arranda melanjutkan perjalanan menuju Lotus
Square & Lisboa yang
menjadi lambang prosperity yang di hadiahkan oleh pemerintah cina, fahri
memanggil seseorang yang tengah asik berjalan di sampingnya sembari berbicara
sesuatu yang arranda tak dapat mendengarnya.
“ayooo arranda” fahri menarik lengan arranda menuju lotus square, arranda hanya terkejut dan
merasakn ada sesuatu tergetar di hatinya.
“thank you very much”
“you are welcome”
ujar turis yang ternyata di minta fahri untuk memphoto fahri dan arranda.
Perjalanan yang panjang yang hanya
di lalui 1 hari antara fahri dan arranda hampir semua tempat wisata sudah di
jumpai, namun mereka terlupa akan satu hal yang belum di nikmati bersama yups
venetian hotel mereka belum merasakan indahnya naik gondola hanya berdua,
akhirnya fahri setelah mebujuk arranda sedikit lama ia dapat membawa arranda
menaiki gondola bersamanya.
“jadi itu yang membuat kamu pisah dengan tomi?” tanya fahri
“sudahlah fahri aku tak mau mebahasnya lagi biarkan yang
lalu berlalu, aku tak mau lagi kejadian kelam itu teringat kembali”
“tapi dengan kejadian itu apakah engkau tidak mau lagi untuk
mempunyai seorang pendamping hidup”
“tidak aku tak mau kejadian itu terulang dua kali, aku sudah
bahagia dengan seira, tanpa pendamping pun aku dapat menjalani hidupku dengan
baik”
Fahri hanya dapat terdiam di atas gondola dengan di iringi
suara gondolier yang juga sangat mendukung hati fahri yang hampir renyuk. Di
depan venetian hotel fahri dan arranda pun berpisah, hati fahri yang henyuk dan
arranda yang mengingat kembali kejadian tujuh tahun silam di atas gondola
menjadikan sebuah perpisahan yang sebenarnya tak di inginkan.
Fahri melepas sepatunya, 3 mas ketir berdiri sambil bercakap
pinggang memandang fahri dengan wajah geram, fahri menjadi bahan ocehan malam
itu dengan di iringi musik yang menggelegar dari radio di atas meja, hatinya
yang hancur mendengar pernyataan arranda di tambah lagi hujatan dari 3 mas
ketir membuat ia semakin tertunduk diam.
Setelah membuka foodcourt arranda
tiba-tiba terpikir akan fahri yang telah pulang ke indonesia, satu hari yang di
laluinya bersama fahri nampak susah untuk di lupakanya, arranda hanya melamun sambil
memegang beberapa cup yang akan di susun rapi
“bom dia arranda, como está?”
“bom dia lucia, estou bem
obrigada, e você?
“
” Estou
bem, obrigada, há uma carta para você de fahri”
“ohhhh Obrigada Lucia”
“yaaaa”
Lucia memberikan sepucuk surat berwarna merah dengan
bertuliskan nama fahri, arranda sedikit terkejut kenapa begitu kebetulan
sementara dia sedang memikirkan fahri
“dear arranda......
Kau tau malam di macau ini sangatlah indah gugusan
bintang dan kerlap-kerlip lampu malam yang berkilauan, namun tak dapat
mengalahkan keindahan satu hari bersamamu, mungkin aku bukanlah seorang penyair
handal namun akan aku tuangkan seluruh kemampuanku untuk mengungkapkan isi
hatiku padamu, aku tak bisa berbasa-basi namun kau ingat ketika berada di bawah
pohon lotus kau mengatakan bahwa bunga lotus arti lain bunga
teratai yang harus mati dan dikubur dalam lumpur, sebelum bisa kembali sebagai
bunga, Itu sama dengan perasaanku saat ini aku harus mati dan mengubur cintaku
padamu namun apa daya ternyata cinta itu semakin hidup dan semakin berkembang,
sekitar 2 bulan lagi aku akan mengunjungi macau kembali ku mohon datanglah di
tepi canal dan naiklah gondola jika kau menerima perasaanku,
Salam dariku Muhammad fahri”
Tertetes air mata arranda
membaca surat fahri, ternyata arranda tidak menyadari bahwa fahri mencintainya
meski hanya dalam waktu beberapa hari saja, begitukah cinta yang datang tak
mengenal waktu dan menyukai tak mengenal status pikir arranda.
Fahri sibuk dengan
pekerjaannya siang dan malam ia mengejar target untuk menyelesaikan segala
proyek yang di terimanya rasa cemas akan perasaanya yang mungkin akan bertepuk
sebelah tangan, sedikit berubah tabiatnya ia semakin menyendiri tidak banyak
bicara dan hanya focus akan pekerjaannya bahkan 3 mas ketir tak pernah ia
hiraukan lagi
“fahri lu kenapa sih
semenjak pulang dari macau lu kayak orang kemasukan setan” ujar alan
“lu masih inget sama tu
cewe, parah tu cewe sampe buat kawan kita kesurupan gini”
“ehhh bram jangan gitu
dong”
“namanya cinta kita mau
bilang apa lagi, fahri maafin kita ya atas kejadian di macau?”
“iyaaa ri, sekarang
kita bakal support lu, kalau lu emang cinta ama tu cewe lu kejar deh ampe mana
aja”
“pertanyaanya tu cewe
suka gak sama lu” fahri hanya tertunduk sembari berkata “aku gak tau”
“alamakkkkk” Ujar 3 mas
ketir,
“tapi seminggu lagi aku
ke macau, aku mau bukitin cinta dengan arranda”
“nahhh git dong,
semangat broo, kita dukung lu 100%”
Fahri tersenyum dan
memeluk 3 mas ketir yang akhirnya menyetujui cintanya kepada arranda meskipun
ia tak tahu apa yang akan terjadi.
Suasana
nampak berbeda awan dan matahari nampak indah di pandang mata namun hati
arranda tak tentu ketika menyusuri jalan menuju tepi canal venetian hotel, di
lihatnya seorang gondolier yang telah memegang dayungnya dan siap mengantar
arranda, arranda terhenti sejenak di depan gondola hatinya bingung entah
kemana, namun kakinya melangkah dan menaiki gondola arranda pun terkejut ketika
ia menaiki gondola dag dig dug berdegup
kencang hatinya ketika gondola mulai berjalan, arranda hanya memejamkan mata
namun ia terkejut dengan suara seorang anak yang tak asing di telinga di buka
matanya, sebuah balon berbentuk hati yang besar di ujung canal tepatnya di atas
jembatan ketika fahri menemuinya, seorang anak kecil dan laki-laki yang gagah
dan tegap dalam berdirinya mengenakan jas warna hitam dan memegang rangkaian
bunga mawar merah yang begitu indah, dengan beberapa pemain biola di
sampingnya, arranda tertegun sejenak dan meneteskan air matanya ia tak tahu apa
yang akan di lakukannya, gondola telah menepi arranda berdiri dan berjalan
mendekati fahri yang sangat tampan malam itu dan juga seira yang memegang erat
tangan fahri, arranda tersenyum dan memandang fahri yang tepat berada di
depanya fahri membalas senyumannya sembari memberikan bunga mawar kepada
arranda, namun arranda belum mengambilnya, tangan fahri tergetar namun dengan
keberaniannya fahri menekukan lututnya sembari berkata
“iria se casar comiga arranda?”
Arranda tersenyum dan meteskan air matanya, seira tertawa
gembira, fahri tak dapat menahan rasa bahagianya tanpa di sadari air matanya
pun ikut dalam menghiasi suasana.
Arranda dan seira pun
memutuskan untuk kembali ke indonesia dan menjalani kehidupan dengan keluarga
yang bahagia. sebuah kota yang indah penuh dengan gemerlap malam di sebuah kota
gondola sebuah kenangan telah terlukiskan sebuah kenangan fahri dan arranda
dalam meniti cinta.
“Setelah perjuangan yang berat dan kesabaranku dalam membesarkan seira
selama 7 tahun tanpa seorang pendamping
di sisiku namun tuhan ternyata menyimpan keindahan yang luar biasa terima kasih
tuhan telah menghadirkan fahri dalam hidupku saat ini tak dapat ku lukiskan
keindahan dan nikmat yang telah kau beri padaku setelah penantian lamaku”
Arranda, 12 desember 2006
Langganan:
Postingan (Atom)